Arrazy menyukai musik sejak kecil, karena tumbuh di lingkungan keluarga yang menyukai musik. Bahkan kedua Omnya, adik kandung ibunya, adalah seorang musisi. Mendapat nama panggilan Dduq (baca:Diduk) dikarenakan menurut keluarganya wajahnya lucu mirip pelawak zaman dulu angkatan Bing Slamet bernama "Diduk" , dan ibunya berharap suatu saat anaknya akan menjadi orang top seperti Diduk, walaupun tidak harus sebagai seorang pelawak.
Bakatnya sebagai seorang penghibur sudah terlihat sejak masih kanak-kanak. Dduq kecil tidak pernah merasa canggung, malu-malu atau grogi ketika naik ke atas pentas. Dia selalu merasa percaya diri dan total dalam berlaga di panggung. Baik itu menyanyi di depan kelas, ataupun di panggung kesenian sekolahnya.
Masa Kanak-kanak.
Di masa kanak-kanaknya Dduq terkenal sebagai anak yang aktif, pandai bergaul dan banyak temannya. Ia termasuk anak yang cerdas dalam belajar. Khususnya permainan. Setiap permainan yang dimainkan oleh anak-anak pada masa itu, dia selalu mahir memainkannya. Bahkan Kakaknya sendiri, yang tumbuh bersamanya (hanya selisih 2 tahun) selalu kalah dalam hal-hal itu.
Ada kisah lucu saat Dduq pertama kali menyanyi di radio. Pernah pada saat dia masih duduk di bangku TK, seperti biasa TK Yapisthon sekolah TK-nya, mengunjungi Radio Gelora Sepuluh November (RGS).
Di sana murid-murid akan menyanyi dan disiarkan secara langsung di radio. Dduq kecil dengan penuh percaya diri berdiri di baris depan dan tepat berada di depan microphone.Mereka menyanyikan lagu Balonku ada Lima. Tetapi,hanya si Dduq kecil yang menyanyi dengan suara paling keras dan dengan lirik salah khas anak-anak. Berikut lirik lagu Balonku ada Lima versi Dduq kecil :
Balonku ada Lima Dorr...! (Langsung bunyi dor)
Kubawu ada nanya
Merah ku kinang Hijau
Bersama nanik-nanik. (Diulang-ulang)
Walaupun liriknya salah, tetapi si Dduq kecil tetap bernyanyi dengan keras dan penuh percaya diri. Dia tidak mempedulikan para wali murid di sekelilingnya yang tertawa tepingkal-pingkal mendengar nyanyiannya.
Masa remaja.
Ketika remaja dia mulai berminat pada alat musik. Dan awalnya dia tertarik pada gitar. Dia pun belajar bermain gitar di bawah bimbingan Om-nya sendiri yang bernama Zainul Rachman seorang gitaris band lokal di kampungnya. Dan juga Om-nya yang bernama Imron Solikhin seorang penyanyi band festival. Dia belajar cord-cord dasar dan lagu-lagu yang lagi trend di masa itu,sekitar tahun 1997.
Dan seperti kebanyakan keluarga sederhana lainnya, gitar yang dia pakai untuk belajarpun ala kadarnya dan harus bergantian dengan kakaknya yang mempunyai minat yang sama pada gitar. Ketika usianya bertambah, dia pun ingin memiliki sebuah gitar elektrik sendiri. Tapi harga sebuah gitar elektrik di kala itu masih sebagai sebuah barang yang mewah bagi keluarganya.
Dan pada sekitar tahun 1999 dia memiliki gitar elektrik pertama yang didapatnya dari pemberian Kakak sepupunya yang bernama Novie Ismail atau biasa dipanggil Ophy seorang gitaris jebolan sebuah sekolah musik di Yogyakarta. Sebuah gitar sederhana buatan lokal dengan model Fender Jazzmaster. Gitar itupun dipakainya bergiliran dengan kakak kandungnya yang juga sama giatnya berlatih gitar. Mulailah dia belajar bermain gitar elektrik dan dengan perlengkapan lainnya yang ala kadarnya. Dan diapun beralih guru dari Omnya ke kakak kandungnya sendiri. Biarpun dalam hitungan usia belajar gitar dia dan kakaknya hampir sama, namun kakaknya lebih sering bertemu dengan sepupunya Ophy itu. Jadi secara teori kakaknya lebih dulu belajar daripada dia sendiri, dan dia belajar pada kakaknya itu. Dari mulai teknik-teknik dasar melody hingga ke lick-lick blues dasar.
Maka jadilah Dduq sebagai seorang gitaris pemula yang lumayan handal. Karena pada umumnya pemain-pemain gitar yang sebaya maupun agak lebih tua darinya di kampungnya belum ada yang bisa lick-lick dasar melody yang bernuansa blues.
Awal bermain di Band
Awal pembentukan band-nya dilalui dengan proses yang sulit, dikarenakan susahnya menemukan teman-teman sebaya yang bisa bermain musik dan juga terbatasnya jumlah studio rental yang ada di daerahnya. Karena pada saat itu keluarganya harus berpindah dari Surabaya ke kawasan Krian - Sidoarjo. Pada sekitar tahun-tahun itu remaja di daerah Krian yang bermain band tergolong jarang, begitupun studio musik rentalnya bisa dikatakan belum ada.
Maka mulailah dia bersama kakaknya memilih teman-temannya yang betul-betul bertekad bulat untuk membuat sebuah band dalam kondisi yang bagi mereka serba susah pada saat itu. Formasi awal band mereka tidak dapat bertahan lama, karena kendala studio musik yang jauh dari kawasan Krian. Karena rata-rata dari keluarga yang kurang mampu maka Dduq dan teman-teman harus mengandalkan angkutan umum dan berjalan kaki sampai 2 km untuk menuju studio musik terdekat. Hal itu yang membuat beberapa personel menyerah dan memilih keluar dari band. Hingga pada tahun sesudahnya, dilihat dari minat pemuda pada aktifitas band mulai banyak. Maka studio musik mulai bermunculan di Krian.
Dan terbentuklah band pertama Dduq yang bernama NINJA. Dengan formasi Dduq pada Vocal, Arafat Robeth pada Gitar , Edi pada Gitar, Wahyu Nugros pada Bass dan Agus Rudi pada Drum. Meskipun permainan gitarnya sama bagusnya dengan kakaknya sendiri. Tapi di dalam band, dia berposisi sebagai seorang vocalis. Karena saat itu mereka tidak dapat menemukan anggota lain yang bisa bernyanyi lirik berbahasa Inggris. Lagu-lagu yang mereka bawakan kebanyakan hits dari Guns N' Roses dan Boomerang.
Bersama Ninja, Dduq pertama kali naik panggung dalam event band. Beberapa kali manggung dan pernah mengikuti festival musik pertamanya pada tahun 2000 di Pagesangan Surabaya. Band ini bertahan hingga pertengahan 2001.
Awal mula bermain Bass.
Karena dari awal belajar bermain gitar elektrik. Maka impian Dduq sebenarnya adalah sebagai seorang gitaris. Tetapi atas motifasi ayahandanya, dia diarahkan untuk bermain Bass. Dengan alasan, secara postur dia lebih besar dari kakaknya. Maka lebih cocok bila bermain bass. Juga lebih enak bila serumah bisa ada pemain musik yang berbeda alat musiknya, tidak melulu bermain gitar semua, begitu alasan ayahnya meyakinkannya.
Hingga pada suatu hari saat kakaknya ngejam bersama teman-temannya, tetapi pemain bass-nya tidak bisa hadir. Maka, Dduq menggantikannya pada posisi Bass. Dan saat itu Dduq bermain bak seorang bassis profesional membawakan lagu Enter Sandman dari Metallica. Dan sambutan dari teman-temannya begitu positif, maka makin banyaklah yang menyarankan dia untuk beralih menjadi pemain Bass.
Sejak saat itu dia mulai berfikir untuk beralih menjadi pemain Bass. Puncaknya, ketika dia dan kakaknya memutuskan untuk membuat sebuah band baru, dengan Dduq sebagai pemain Bass-nya. Dan band itu bergenre Funk ala Red Hot Chilli Peppers. Hingga pada akhirnya membuat Dduq semakin mencintai Bass karena banyak mendengarkan lagu-lagu dari Red Hot Chilli Peppers.
Dia pun mulai menekuni pelajaran Bass yang didapat dari buku-buku teori Bass dan juga berbagai sumber seperti majalah dan tabloid musik dan bass yang digunakannya adalah bass pinjaman dari tetangganya yang seorang bassis di sebuah band lokal di Krian.
Karena minatnya pada alat musik Bass semakin terlihat maka Ayahnyapun membelikannya sebuah Bass elektrik. Dia pun memiliki sebuah bass elektrik pertamanya bermerk Prince (sebuah merk yang terkenal di kalangan musisi pemula). Dduq pun semakin giat dan tekun berlatih dengan bass barunya itu. Dan mulailah terbentuk karakter permainan bass-nya yang kental dengan aliran Funk. Dia mencoba sendiri mengikuti lagu-lagu RHCP hingga hampir semua lagu RHCP ia kuasai dengan baik. Terutama dari album-album lama milik RHCP, khususnya album Blood Sugar sex Magik.
Setelah itu lahirlah band barunya, terbentuk dengan nama Philosophy 8:28. Dimana band ini lebih banyak mengambil unsur Funk. Band ini sempat vacum kemudian berganti-ganti nama menjadi Guardian Capasitor, Low Skill dan terakhir menjadi Coffee Shop (diambil dari salah satu judul lagu RHCP).
Awal karir band.
Perjalanan bermusik Dduq ke jenjang yang lebih serius dimulai ketika dia dan teman-teman semasa sekolahnya membentuk band yang diberi nama FUNKASS. Dengan formasi MaDiann pada Vocal , Aris pada Gitar , Kiki pada Drum dan Dduq pada Bass. Band bergenre Funk yang kental inilah yang membawa Dduq pada gerbang kesuksesan beruntun pada tahun-tahun berikutnya. Dengan langkah awal menjuarai festival musik pada Juara II. Selanjutnya Band ini berganti vocalis bernama Wingky yang kemudian bandnya pun berganti nama juga menjadi LELANG BANDENG.
Lelang Bandeng kemudian menjuarai festival Musik Challenge. Dan menjadi band no.1 se-Sidoarjo, kemudian sempat menjadi band pembuka konser PeterPan di Stadion Jenggolo - Sidoarjo. Perkembangan band Lelang Bandeng inipun hampir bersamaan dengan band The Soul. Dimana The Soul pun menjadi band pembuka konser PeterPan tersebut bersamaan dengan Lelang Bandeng.
Awal masuk ke D'Soul.
Dikarenakan ketidakcocokan visi bermusik akhirnya Dduq pun meninggalkan band yang dibentuknya sendiri, Lelang Bandeng. Dan Dduq pun bergabung dengan band yang saat itu sedang sama berkembangnya dengan Lelang Bandeng, band itu adalah The Soul. Pada permulaan Dduq bergabung dengan D'Soul, mereka masih menggunakan nama "The Soul". Dan The Soul pun masih beraliran Rock dan Hip Metal.
Setelah Dduq bergabung, maka band inipun mulai terdengar unsur Funk-nya. Dan prestasi yang diraih Dduq bersama The Soul ialah juara II festival musik bergengsi "Asian Beat" serta banyak lagi event-event festival musik yang mereka juarai. Namun seperti kebanyakan band yang sedang berkembang The Soul pun mengalami perubahan dan pergantian personel yang cukup sering. Hingga akhirnya terancam bubar dan hanya menyisakan satu personel aslinya/pendirinya yaitu Nico dan satu personel baru yaitu Dduq sendiri.
Bersama Nico, Dduq kemudian merubah nama The Soul menjadi "D'Soul" (nama resmi D'Soul yang kita kenal sekarang). Lalu bergabunglah Haris pada Drum dan Tedjo pada Vocal.
Dengan formasi ini, Dduq dan D'Soul yang baru ini (dari segi nama maupun personel) semakin giat berkarya dan banyak menciptakan lagu-lagu yang diluncurkan melalui Indie Label. Banyak pula radio di Jawa Timur yang memutar lagu-lagu indie mereka diantaranya School of Rock , Berikan Senyuman dan Bersenanglah. Hingga semakin populerlah aliran musik mereka yang disebut Hip Funk Rock style. Mereka berempat kemudian semakin memperkuat eksistensi band mereka dengan menjuarai berbagai event bergengsi di Jawa Timur bahkan tingkat Nasional.
Hingga akhirnya apa yang mereka sebut sebagai Hip Funk Rock Style itu berhasil menarik perhatian seorang musisi sekaligus produser musik ternama di Indonesia, Piyu Padi. Dimana D'Soul menjuarai event LA Start Up 2010. Dan menjadi band dalam naungan E-motion Entertainment yang dikelola oleh Piyu Padi. Maka setelah itu D'Soul pun kemudian mengerjakan album pertama mereka dalam konteks Mayor Label. Dan selesailah album pertama mereka itu berjudul "Pengingkar Janji". Adapun single pertama mereka yaitu "Bersenanglah".
Formasi ini pun boleh dibilang tidak bertahan lama karena pada tahun 2011, Tedjo memutuskan untuk keluar dari D'Soul. Dan setelah keluarnya Tedjo maka D'soul pun memutuskan untuk mengadakan audisi mencari vocalis baru pengganti Tedjo.
Setelah melalui proses Audisi yang cukup ketat dimana terdapat ratusan peserta audisi, akhirnya D'Soul pun memilih Septi sebagai vocalis baru mereka. Dan pada tahun 2012 mereka bersiap untuk meluncurkan single kedua mereka.
Penutup
Perjalanan karir Dduq dimulai dari band pertamanya hingga menjadi pentolan kelompok D'Soul merupakan sebuah proses yang panjang dan rumit. Tak jarang dia mengalami jatuh bangun dan mengorbankan kepentingan pribadinya demi Band. Pergantian personel dan permasalahan intern dalam rangka pencarian jati diri sebuah band adalah proses yang begitu akrab bagi Dduq, sehingga walaupun ada duka dan kesusahan di dalamnya tidak menyurutkan niatnya untuk terus melangkah demi karir bermusiknya di masa mendatang.
Sidoarjo 12 Maret 2012.
